• December 9, 2023

Champions League Terakhir Arsene Wenger dan Berakhirnya Era di Arsenal

“Saya tidak pernah peduli dengan UEFA Cup atau Europa League. Tapi penyesalan terbesar saya adalah tidak menjuarai Champions League, dan saya harus menerimanya. Saya harap mereka akan memenangkannya suatu hari nanti” Kenang Arsene Wenger.

Arsenal dan Arsene Wenger memang punya hubungan yang rumit dengan Champions League. Wenger adalah salah satu pelatih dengan portofolio paling mentereng di dunia. Tapi, tetap saja Liga Champions bagaikan bos terakhir yang tak pernah Wenger kalahkan.

Mereka pernah sampai ke final di tahun 2006. Sialnya generasi emas the gunners kalah lawan Barcelona yang baru memasuki era keemasannya. Mereka setelah itu tidak pernah lagi jadi penantang serius di Eropa. Dan kesempatan terakhir Wenger adalah musim 2016/17.

Sayangnya Champions League terakhir Wenger tidak berakhir bahagia. Justru sebaliknya, itu adalah penanda akan runtuhnya dinasti Wenger di Arsenal. Kampanye 2016/17 di Eropa adalah awal dari akhir karir Arsene Wenger yang luar biasa di Arsenal.

Jadi Pemuncak Grup

Meriam London memasuki musim 2016/17 dengan percaya diri dan skuad yang masih sama kuatnya dengan musim sebelumnya. Mesut Ozil, Alexis Sanchez, Theo Walcott, dan Olivier Giroud masih jadi andalan. Juga dengan tambahan Granit Xhaka yang baru dibeli.

Di Champions League Arsenal masuk ke Grup A. Bersama dengan raksasa Prancis PSG, juara liga Bulgaria Ludogorets, dan wakil dari Swiss FC Basel. Prediksinya jelas, Arsenal dan PSG akan lolos dengan mudah. Tapi pertanyaanya siapa yang bakal jadi pemuncak klasemen?

PSG musim itu memang lebih lemah dari musim sebelumnya. Sebab mereka baru saja ditinggal Zlatan Ibrahimovic ke Manchester United. Meskipun begitu, PSG masih punya Edinson Cavani sebagai ujung tombak.

Arsenal bertemu dengan PSG di gameweek pertama babak penyisihan grup. Pertandingan digelar di Parc de Princes dan PSG sudah bisa unggul lebih dulu lewat gol dari Cavani saat laga baru berjalan satu menit. PSG bisa mempertahankan keunggulan di babak pertama. Arsenal baru bisa membalas di menit ke-78 lewat gol Alexis Sanchez. Mereka pun bisa menyelesaikan laga dengan skor 1-1 dan menghindari kekalahan.

Arsenal bisa melaju dengan mudah di 2 pertandingan setelahnya. Mereka mengalahkan Basel 2-0 dan pesta gol lawan Ludogorets 6-0. The Gunners kembali harus bermain imbang saat menjamu PSG di London. Skor berakhir 2-2, dicetak oleh Cavani, Giroud, dan dua gol bunuh diri untuk masing-masing tim.

Beruntung Arsenal masih bisa menang lawan dua lawan lainnya di leg kedua. 2-3 lawan Ludogorets, dan 1-4 lawan FC Basel. Sedangkan PSG menelan hasil imbang di hari terakhir penyisihan grup. Arsenal pun bisa memuncaki Grup A.

Hancur di Babak 16 Besar

Tapi menjadi pemuncak grup ternyata tidak selalu membuat jalan jadi mulus. Mereka malah bertemu dengan penguasa Jerman, Bayern Munchen yang jadi runner up grup D dibawah Atletico Madrid. Kekuatan Bayern saat itu bukan main-main. Bayern masih dilatih Carlo Ancelotti dan diperkuat duet Ribery dan Robben. Juga Robert Lewandowski sebagai ujung tombak.

Pertandingan leg pertama digelar di Allianz Arena. Bayern pun memulai laga dengan sangat percaya diri. Mereka unggul di menit ke-11 lewat gol dari Arjen Robben. Sebelum Alexis Sanchez sempat menyamakan kedudukan di menit 30.

Tapi di babak kedua Bayern mengamuk. Lewandowski mencetak gol di menit 53, disusul 2 gol Thiago Alcantara di menit 56 dan 63. Sebagai penutup, Muller ikut mencetak gol di menit ke-88. Kekalahan memalukan 5-1 pun harus ditelan Arsenal.

Kalah 5-1 di Allianz, Arsenal tidak pernah diharapkan untuk bisa membalikkan keadaan di kandang. Itu memang hal yang sulit, bahkan mustahil. Publik Emirates Stadium hanya mengharapkan Arsenal bisa memperkecil agregat dan tersingkir dengan terhormat.

Memasuki pertandingan, pasukan Wenger masih bisa bermain sangat bagus di babak pertama. Arsenal menunjukkan permainan menyerang yang atraktif. Theo Walcott bahkan bisa membuat Neuer tak berdaya di menit 20. The Gunners pun bisa mengakhiri babak pertama dengan skor 1-0.

Namun sembilan menit setelah jeda, Laurent Koscielny menjatuhkan Lewandowski di kotak penalti. Wasit sebenarnya memberikan kartu kuning. Tapi setelah berdiskusi dengan ofisial, ia mengubahnya jadi kartu merah.

Lewandowski mengeksekusi penalti dengan mudah. Setelah itu pembantaian terjadi. Robben dan Douglas Costa bergantian mencetak gol. Kemudian Arturo Vidal mencetak dua gol tambahan. Skor 5-1 pun kembali jadi hasil di leg kedua.

Jadi Aib Fans

Kalah dengan agregat 10-2 di babak 16 besar Liga Champions tentu jadi aib Arsenal. Arsene Wenger pun langsung jadi kambing hitam utama. Sekelompok fans bahkan menggelar aksi protes di Emirates Stadium. Mereka meminta Arsene Wenger meninggalkan klub.

Dilansir dari daily mail, setidaknya ada 200 orang yang melakukan demo saat itu. Mereka membentangkan banner bertuliskan “tidak ada kontrak baru” dan berkata “Arsene Wenger kau membunuh klub kami”. Bahkan ada yang melabeli Wenger dengan kata “Keras kepala, basi, tak tahu apapun”.

Protes tidak hanya dilakukan oleh fans yang berdemo. Salah satu legenda Arsenal, Ian Wright juga berkata kalau ini sudah saatnya bagi Arsene Wenger untuk turun. Sebab menurutnya membiarkan Arsenal kalah 10-2 bukanlah hal yang bisa diterima.

“Anda tidak bisa bermain dengan 10 orang dan tidak melakukan apapun saat melawan tim seperti Bayern Munchen. Kami bermain imbang saat kehilangan satu pemain lewat kartu merah. Wenger harusnya menambah bek dan kami bisa kalah lebih terhormat. Ini sepertinya periode terburuk kami yang pernah saya ingat. Sepertinya ada sesuatu yang akan berakhir.” Ucapnya dikutip dari Bleacher Report.

Legenda arsenal lainnya, Gilberto Silva juga menyarankan kalau Wenger sebaiknya mundur dari kursi pelatih. Bagi anggota skuad Invincible itu, Wenger tidak memberikan banyak perubahan untuk Arsenal.

“Saya rasa ini sudah waktunya. Dia tidak banyak berubah, dia tidak banyak merubah cara kerjanya. Dia telah di Premier League jauh lebih lama daripada Conte, Guardiola, dan Klopp. Tapi mereka punya lebih banyak semangat dan sumber daya untuk menang lawan Wenger.”

Rumornya juga beberapa pemain mulai berselisih dengan Wenger. Dilansir dari Bleacher Report, Alexis Sanchez saat itu terlibat cekcok dengan sang pelatih. Karena situasi panas itu, Sanchez jadi tidak betah di klub dan ingin pergi.

Ketakutan Wenger Untuk Pensiun

Wenger tentu sadar akan dorongan para fans Arsenal. Juga wanti-wanti dari para legenda Arsenal. Tapi ia sendiri pernah berkata di tahun 2016, kalau “pensiun” adalah kata yang menakutkan untuknya. Ia takut akan hari dimana ia memutuskan untuk pensiun datang. Dikutip dari Mirror, ia pernah berkata:

“Ini adalah hidup saya dan jujur, saya cukup takut untuk pensiun. Di suatu pertandingan kami melawan Manchester United setelah Sir Alex pensiun. Setelah pertandingan itu Sir Alex mengundang saya untuk minum. Di situ saya bertanya: ‘Apakah anda rindu melatih?’ dan dia menjawab: ‘Tidak sama sekali’. Saya tidak pernah bisa mengerti itu”

Sir Alex dan Wenger adalah rival di akhir 1990-an sampai 2000-an awal. Saat Fergie menguasai Inggris di era 90-an, hanya Wenger lah yang mampu datang dan langsung mematahkan dominasi tersebut. Tapi hubungan mereka jadi lebih hangat dan penuh hormat di akhir-akhir karir Fergie.

Sir Alex sendiri sudah pensiun sejak tahun 2013. Menyudahi 25 tahun karir melatihnya bersama United. Mendengar Fergie tidak merindukan masa-masanya itu, Wenger tidak bisa mengerti. Bagi Wenger yang menganggap sepak bola adalah hidupnya. Dan meskipun para fans sudah mendesaknya untuk pensiun, itu tidak bisa menghilangkan rasa takutnya akan pensiun.

Padahal musim 2016/17 adalah saat yang sangat mendesaknya untuk pensiun. Kontraknya di Arsenal sudah habis dan ia menyelesaikan musim dengan buruk. Selain bencana 10-2 di babak 16 besar, Arsenal jua duduk di peringkat 5. Untuk pertama kalinya dalam 21 tahun Wenger membawa Arsenal keluar dari 4 besar.

Tapi berdasarkan ketakutannya akan pensiun, Wenger tetap memutuskan untuk memperpanjang kontraknya. Ia berkata: “Saya tidak akan pensiun. Pensiun hanya untuk kaum muda. Bagi orang tua seperti saya, pensiun sama saja dengan sekarat”

Tidak Pensiun, Tapi Mengundurkan Diri

Sayangnya musim 2017/18 Arsenal tidak berjalan mulus. The Gunners malah jatuh lebih buruk daripada musim sebelumnya. Wenger membawa Arsenal duduk di peringkat ke-6 Premier League. Juga keluar di babak semifinal Europa League setelah kalah lawan Atletico Madrid.

Sepanjang musim itu, seruan #WengerOut semakin santer disuarakan para fans. Di balik layar, sudah ada desas desus kalau para dewan dan pemegang saham mayoritas di Arsenal menginginkan Wenger pergi.

Wenger juga tahu akan hal itu. Wenger memang sangat takut dengan takdirnya untuk pensiun. Tapi yang jauh lebih menakutkan baginya adalah dipecat dan dibuang oleh klub yang begitu ia cintai.

Wenger tahu ia tidak punya kuasa untuk bertahan jika tidak ada yang menginginkannya bertahan. Kenyataan pahit itu akhirnya memaksa Wenger untuk menyatakan pengunduran diri.

“Setelah pertimbangan yang cermat dan mengikuti pertimbangan dengan klub, saya merasa ini adalah waktu yang tepat bagi saya untuk mundur di akhir musim.” Begitu bunyi pernyataan Arsene Wenger.

Wenger dan Arsenal punya hubungan yang rumit dengan Champions League. Wenger adalah pelatih dengan CV paling dihormati di dunia kepelatihan. Tapi tetap saja ia tidak bisa menjuarai Champions League. Ketika Wenger telah membangun tim yang kuat, menjadi runner up di tahun 2015/16, kampanye Champions League terakhirnya malah jadi pintu keluar dari Emirates Stadium.

Setelah Wenger keluar di tahun 2018, Arsenal tidak lagi bisa menembus Champions League. Sampai akhirnya di musim 2023/24, Arteta membawa publik Emirates Stadium kembali bernyanyi di panggung Champions League.

Jika diingat lagi, cara Arteta masuk ke Champions League pertamanya mirip seperti cara Wenger masuk ke Champions League terakhirnya. Yaitu sebagai runner up di Premier League dan punya skuad terbaik sejak beberapa tahun sebelumnya.

Sumber referensi: Mirror, Mirror 2, FLondon, B/R, TalkSport, UEFA, Sportskeeda, One, Daily

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *