• November 28, 2023

Berlanjut di Roma? Bukti Kutukan Musim Ketiga Jose Mourinho

Ketakutan akan kutukan musim ketiga Jose Mourinho mulai menggerayangi AS Roma. Hingga pekan keenam, Roma masih terseok-seok di peringkat ke-16 klasemen sementara Liga Italia musim 2023/24. Mourinho pun mengakui kalau start Roma memang buruk musim ini.

Penyakit kambuhan ini bak siklus kehidupan bagi Mourinho. Siklus yang mengacu pada performa sang manajer yang anjlok dengan cara yang sensasional setelah sukses di musim kedua. Dan ini adalah bukti yang menegaskan kalau kutukan musim ketiga Jose Mourinho sungguh-sungguh terjadi.

Pertama di Chelsea 2006/07

Dongeng soal kutukan musim ketiga Jose Mourinho berawal dari Chelsea pada musim 2006/07. Mengapa tak ada Porto? Ya, karena Mourinho tak pernah menjalani musim ketiga di klub asal Portugal itu. Setelah memenangkan Liga Champions di musim keduanya bersama Porto, Mourinho langsung diangkut Roman Abramovich untuk menangani Chelsea tahun 2004.

Musim perdananya di Liga Inggris sangat luar biasa. Mourinho membawa Chelsea meraih double winner dengan memenangkan Premier League dan Piala Liga musim 2004/05. Ini menjadi lonjakan performa yang luar biasa karena Chelsea, pada musim-musim sebelumnya bukanlah penantang gelar macam Arsenal maupun Manchester United.

Di musim keduanya, Mourinho mengulangi prestasi yang sama dengan mengantarkan The Blues back to back juara Premier League musim 2005/06. Bencana mulai terjadi di musim ketiga. Gagal di Liga Champions tiga musim beruntun dan ketidakmampuan Mourinho mempertahankan gelar Liga Inggris untuk ketiga kalinya jadi awal permasalahan.

Manajemen Chelsea tak puas dengan kinerja Mourinho yang tak mampu membawa Chelsea berjaya di Eropa selayaknya Porto dulu. Tekanan yang mulai menggunung mengakibatkan emosional Mourinho terganggu. Perselisihan dengan Abramovich dan pemain pun tak terhindarkan.

Meski musim 2006/07 bukanlah musim terburuk Chelsea, karena di musim itu The Special One masih bisa mengantarkan The Blues menjuarai dua piala domestik, yakni Piala Liga dan Piala FA. Namun, situasi yang sudah tak kondusif jadi alasan yang cukup bagi Chelsea mendepak Mourinho di awal musim 2007/08.

Real Madrid 2012/13

Sempat nganggur hampir setahun, Mourinho berlabuh ke Inter Milan tahun 2008. Klub yang satu ini juga tak masuk kategori, karena Mourinho hanya bertahan dua musim saja di Inter. Setelah mengantarkan Inter menjuarai Liga Champions musim 2009/10, Real Madrid datang untuk merekrutnya. 

Di sinilah perpisahan emosional yang ikonik antara Mourinho dan Marco Materazzi terjadi. Mourinho yang langsung dijemput oleh perwakilan Madrid usai laga final Liga Champions hanya bisa memeluk sang pemain karena tak ada waktu untuk merayakan kemenangan bersama tim.

Sayangnya, alih-alih meraih trofi, di musim pertamanya menukangi Los Galacticos tak ada satu pun trofi yang mampir. Barulah di musim keduanya Mourinho memberi kejutan. Pelatih asal Portugal itu membawa El Real menjuarai Liga Spanyol musim 2011/12 dengan mengalahkan sepakbola indah Barcelona khas Pep Guardiola.

Kemenangan ini makin memorable karena Madrid memuncaki klasemen dengan raihan 100 poin yang luar biasa. Setelah musim yang luar biasa itu, Real Madrid justru anjlok di musim 2012/13. Di musim ketiga Mourinho, Madrid turun ke peringkat kedua dengan selisih 15 poin dari Barcelona yang gantian meraih 100 poin di liga. 

Musim ketiga Mourinho di Madrid sebagian besar diwarnai masalah di luar lapangan dan perselisihan dengan para pemain pilar seperti Sergio Ramos dan Iker Casillas. Perlakuannya terhadap kiper veteran tersebut menyebabkan perpecahan serius di antara para pemain dan fans.

Keadaan kian memburuk saat Mourinho berselisih dengan sang mega bintang, Cristiano Ronaldo. Mourinho menuduh rekan senegaranya itu tidak mau menerima kritik yang membangun. Pokoknya banyak deh permasalahan di luar lapangan yang dihadapi Mourinho di musim ketiganya di Madrid. Dengan mengakui kalau musim 2012/13 jadi musim terburuknya, ia angkat kaki dengan meninggalkan banyak kebencian di Madrid.

Chelsea 2015/16 

Setelah bermasalah di Madrid, Chelsea memulangkan Jose Mourinho awal musim 2013/14. Meski sering bermasalah, manajemen Chelsea paham betul dengan kemampuannya. Mereka ingin mengulangi kejayaan bersama Mourinho karena klub hanya mampu memenangkan satu trofi Liga Inggris dalam kurun delapan musim terakhir.

Keputusan Chelsea untuk membawa pulang Mourinho awalnya berjalan baik. Mourinho memperbaiki kesalahan-kesalahan Chelsea di musim-musim sebelumnya dan mengembalikan status Chelsea sebagai tim penantang gelar di Liga Inggris. Musim 2013/14, Chelsea memang minim gelar, tapi musim 2014/15 mutlak jadi milik klub London tersebut.

Mourinho membawa The Blues kembali meraih gelar Premier League dan Piala Liga sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Dengan kembali jadi tim yang superior di liga, Chelsea asuhan Mourinho jadi favorit untuk mempertahankan gelar di musim berikutnya.

Tapi kenyataan jauh dari perkiraan. Performa The Blues merosot tepat di musim ketiga Mourinho menangani klub. Mourinho hanya mampu memberikan satu kemenangan dalam lima pertandingan awal di Liga Inggris 2015/16. Situasi pun terus memburuk setiap pekannya. 

Chelsea hanya mengantongi empat kemenangan dalam 16 pertandingan. Mourinho jadi sosok yang tak disukai setelah lagi-lagi menimbulkan perpecahan di ruang ganti. Mourinho selalu menggerutu dan menyalahkan keadaan.

Roman Abramovich akhirnya memecat Mourinho untuk kedua kalinya pada bulan Desember tahun 2015 setelah hanya bertengger di urutan ke-16 dengan selisih satu poin dari zona degradasi. Ia digantikan Guus Hiddink yang bisa menyelamatkan Chelsea dari kehancuran.

Manchester United 2018/19

Enam bulan menganggur, dengan mengejutkan Jose Mourinho menerima pinangan Manchester United tahun 2016. Musim pertama Mourinho di Old Trafford bisa dibilang cukup sukses. Performa liga yang buruk bisa diimbangi dengan tiga trofi, yakni Piala Liga, Community Shield dan Europa League musim 2016/17. 

Yang terpenting, Mourinho berhasil membawa United kembali ke Liga Champions setelah beberapa tahun absen. Tahun kedua tanpa trofi tetapi Setan Merah membuat kemajuan dengan finis di urutan ke-2 di bawah Manchester City. Itu capaian terbaik klub sejak kepergian Sir Alex Ferguson.

Mourinho juga menyebut finis di urutan kedua bersama Manchester United adalah pencapaian terbaik dalam karirnya. Ia bangga bisa melakukannya di tengah kondisi tim yang tak sesuai keinginannya. Mourinho selalu mengeluhkan komposisi skuad karena anggarannya dibatasi oleh mantan wakil ketua eksekutif klub, Ed Woodward.

Tak diduga, pada musim 2018/19 Mourinho justru naik pitam karena permasalahannya di musim sebelumnya tak digubris manajemen United. Ia mengakui iri pada Manchester City dan Liverpool yang sukses dengan pembeliannya. Sementara Mourinho kesal karena Paul Pogba dan Alexis Sanchez yang dibeli MU justru tampil buruk. 

Harapan untuk menggusur Manchester City dari puncak klasemen pupus. Mourinho yang terlihat putus asa lagi-lagi mengeluh di hadapan media. Masalah tak sampai di situ. Sang pelatih juga berselisih dengan beberapa pemain, seperti Pogba dan Luke Shaw. 

Perselisihan itu bahkan sempat jadi bahan pembicaraan di media sosial. Hanya mengantongi tujuh kemenangan dalam 17 pertandingan, Mourinho pun dipecat pada akhir tahun 2018.

Sumber: Planet Football, Goal, Daily Mail, Talksport

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *